Analisis Kesantunan Berbahasa pada Film Gita Cinta dari SMA Karya Monty Tiwa

Evimas Putri Utami, Cahyo Hasanudin, Sutrimah Sutrimah

Abstract


Abstrak—Kesantunan berbahasa merupakan prinsip yang digunakan untuk berkomunikasi. Kesantunan berbahasa tidak hanya dipelajari melalui komunikasi antar masyarakat. Film sebagai bentuk representasi kehidupan dapat dijadikan sebagai media dalam mempelajari kesantunan berbahasa. Perubahan gaya hidup, perilaku, cara berkomunikasi, serta beberapa hal yang dicontoh dari para pemain film membuktikan bahwa film memiliki pengaruh besar pada beberapa individu. Pembelajaran kesantunan berbahasa dikaji pada mata kuliah Pragmatik di Perguruan Tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah membedah bentuk pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa pada film Gita Cinta dari SMA Karya Monty Tiwa untuk diimplementasikan pada mata kuliah Pragmatik di Perguruan Tinggi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya 17 bentuk tuturan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa. Tuturan tersebut meliputi (2) maksim kebijaksanaan, (4) maksim penerimaan, (6) maksim kemurahan, (1) maksim kerendahan hati, (2) maksim kecocokan, dan (2) maksim kesimpatian. Kemudian 20 bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa. Tuturan tersebut meliputi (1) maksim kebijaksanaan, (1) maksim penerimaan, (5) maksim kemurahan, (3) maksim kerendahan hati, (9) maksim kecocokan, (1) maksim kesimpatian. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam film Gita Cinta dari SMA karya Monty Tiwa ditemukan pematuhan serta pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa yang dapat diimplementasikan pada mata kuliah Pragmatik di Perguruan Tinggi.
Kata kunci—Kesantunan Berbahasa, Film, Pembelajaran


Abstract— Politeness in language is a principle used to communicate. Language politeness is not only learned through communication between communities. Film as a form of representation of life can be used as a medium for studying language politeness. Changes in lifestyle, behavior, ways of communicating, as well as several things that are imitated by film actors, prove that films have a big influence on several individuals. Language politeness learning is studied in Pragmatics courses at universities. The aim of this research is to dissect forms of compliance and violation of the principles of politeness in the film Gita Cinta from SMA Karya Monty Tiwa to be implemented in Pragmatics courses at universities. The method used in this research is a qualitative descriptive method. The results of this research show that there are 17 forms of speech that comply with the principles of language politeness. These utterances include (2) the maxim of wisdom, (4) the maxim of acceptance, (6) the maxim of mercy, (1) the maxim of humility, (2) the maxim of compatibility, and (2) the maxim of sympathy. Then there are 20 forms of violations of the principles of language politeness. These utterances include (1) the maxim of wisdom, (1) the maxim of acceptance, (5) the maxim of mercy, (3) the maxim of humility, (9) the maxim of suitability, (1) the maxim of sympathy. So it can be concluded that in the film Gita Cinta from SMA Karya Monty Tiwa there is compliance and violation of the principles of language politeness which can be implemented in Pragmatics courses at universities.
Keywords—Politeness, Film, Learning

Keywords


Politeness, Film, Learning

Full Text:

PDF

References


Akhmad, K. A. (2015). Pemanfaatan media sosial bagi pengembangan pemasaran UMKM (Studi deskriptif kualitatif pada distro di Kota Surakarta). Dutacom, 9(1), 43-43. https://ojs.udb.ac.id/index.php/dutacom/article/view/537

Chaer, Abdul. (2010). Kesantunan berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Diani, A., Lestari, M. T., & Maulana, S. (2017). Representasi feminisme dalam film Maleficent. ProTVF, 1(2), 139-150. https://doi.org/10.24198/ptvf.v1i2.19873

Handayani, M. A. (2006). Studi peran film dalam dunia pendidikan. INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 11(2), 176-186. https://doi.org/10.24090/insania.v11i2.166

Safira, S. D., & Yuhdi, A. (2022). Analisis kesantunan berbahasa dalam film ali dan ratu-ratu queens serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. JBSI: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(01), 35-51. https://doi.org/10.47709/jbsi.v2i01.1499

Sati, P. L., Poerwadi, P., Asi, Y. E., Nurachmana, A., & Lestariningtyas, S. R. (2023, April). Prinsip kesantunan berbahasa dalam film layangan putus dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa indonesia di SMP. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya (Vol. 2, No. 1, pp. 108-125). https://doi.org/10.55606/mateandrau.v2i1.224

Sutrisna, D. (2021, October). Peran pragmatik dalam pembentukan karakter kesantunan berbahasa. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 3, pp. 373-378). https://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/view/627


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Prosiding Seminar Nasional Daring: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.