Representasi Laki-Laki pada Film Boys Don’t Cry dan Kaitannya dengan Toxic Masculinity

Elvin Aprianto, Sri Wibawani

Abstract


Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi laki-laki dalam film "Boys Don't Cry" dan memahami kaitannya dengan toxic masculinity menggunakan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Film ini menggambarkan kisah seorang perempuan transseksual bernama Brandon Teena yang hidup dengan identitas laki-laki di tengah-tengah masyarakat yang konservatif. Melalui analisis wacana kritis Norman Fairclough, penelitian ini mengungkap hubungan antara bahasa, kuasa, dan ideologi dalam masyarakat. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melibatkan pengumpulan data dari film “Boys Don’t Cry”, seperti dialog, karakterisasi, dan penggunaan bahasa lainnya, yang kemudian dianalisis secara mendalam menggunakan kerangka teoretis Fairclough. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa film "Boys Don't Cry" menggambarkan berbagai dimensi toxic masculinity, termasuk perilaku agresif, kekerasan, penindasan, dan stereotip tentang maskulinitas yang sempit. Analisis ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana representasi laki-laki dalam media dapat memperkuat atau menantang norma sosial. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman kita tentang konstruksi sosial maskulinitas dan pentingnya memerangi toxic masculinity untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.

Kata kunci—Toxic Masculinity, Film “Boys Don’t Cry”, Representasi Laki-Laki

 

 

Abstract—This study aims to analyze the representation of men in the film "Boys Don't Cry" and understand its relation to toxic masculinity using Norman Fairclough's critical discourse analysis. The movie depicts the story of a transsexual woman named Brandon Teena who lives with a male identity in a conservative society. Through Norman Fairclough's critical discourse analysis, this research reveals the relationship between language, power, and ideology in society. This research method uses a qualitative approach involving data collection from the film "Boys Don't Cry", such as dialogue, characterization, and other language use, which is then analyzed in depth using Fairclough's theoretical framework. The results of this analysis show that the movie "Boys Don't Cry" depicts various dimensions of toxic masculinity, including aggressive behavior, violence, suppression, and stereotypes about narrow masculinity. This analysis provides deeper insights into how representations of men in the media can reinforce or challenge social norms. This research contributes to our understanding of the social construction of masculinity and the importance of combating toxic masculinity to create a more inclusive and just society.

Keywords—Toxic Masculinity, "Boys Don't Cry" Movie, the Representation of Men


Keywords


Toxic Masculinity, "Boys Don't Cry" Movie, the Representation of Men

Full Text:

PDF

References


Andari, S. (2017). The Suicide Phenomenon in the Gunungkidul Regency. Sosio Konsepsia, 7(1), 92–107.

Katubi. (2004). Studi Bahasa dan Jender: Sejarah Singkat, Ancangan, dan Model Analisis. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 6(Sosiolinguistik), 37–56.

Kayed, M. Al, Al-Khawaldah, S. K., & Alzu’bi, M. A. (2020). Critical discourse analysis of gender representations in EFL textbooks. International Journal of English Language and Literature Studies, 9(4), 244–254. https://doi.org/10.18488/JOURNAL.23.2020.94.244.254

Kurniasari, N. D. (2015). Sex Role, Bias Gender, dan Pekerjaan. Jurnal Pamator, 8(1), 47–54.

Novalina, M., Flegon, A. S., Valentino, B., & Gea, F. S. I. (2022). Kajian Isu Toxic Masculinity di Era Digital dalam Perspektif Sosial dan Teologi. Jurnal EFATA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 8(1), 28–35. https://doi.org/10.47543/efata.v8i1.56

Rachmadhani, A. P., Thyrhaya Zein, T., & Lubis, M. (2022). Representation of Women in the Film Marlina the Murderer in Four Acts: A Case Study Through Critical Discourse Analysis. East Asian Journal of Multidisciplinary Research (EAJMR), 1(2), 185–198.

Salim, R. P., & Winardi, Y. K. (2020). Maskulinitas Toksik Dalam Film Fight Club Oleh David Fincher. Seminar Nasional Ilmu Terapan (SINTER), 4(1), 13–42.

Sausina, C. N. (2022). Konstruksi Berita Kerusuhan Kanjuruhan di Media Online : Analisis Wacana Kritis Model Norman Fairclough. Lingua, 4(2), 17–29.

Susanto, N. H. (2015). Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Gender Dalam Budaya Patriarki. Muwazah, 7(2), 120–130.

Vanie, A., & Meviana, M. (2022). Representasi Maskulinitas Toksik pada Tokoh Utama dalam Film “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.” Jurnal Mahardika Adiwidia, 2(1), 70–80.

Wahyudi, A., SM, A. E., & Risdiyanto, B. (2022). Representasi Toxic Masculinity Pada Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (Nkcthi).” Jurnal Komunikasi Dan Budaya, 3(1), 101–111. https://doi.org/10.54895/jkb.v3i1.1425

Wikström, M. C. (2019). Gendered Bodies and Power Dynamics: The Relation between Toxic Masculinity and Sexual Harassment. Granite Journal, 3(2), 28–33.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Prosiding Seminar Nasional Daring: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.